Selasa, 07 Juni 2016




Tonggak Pertama
Tonggak sejarah pertama yang diangkat oleh bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan suatu Negara-bangsa modern yang adil dan makmur adalah tahun 1908, tepatnya tanggal 20 Mei 1908, yakni kelahiran suatu organisasi kemasyarakatan yang diberi nama Boedi Oetomo. Tahun itu disebut oleh bangsa Indonesia sebagai tahun kebangkitan nasional bangsa Indonesia. Berdirinya organisasi Boedi Oetomo mendorong atau memicu lahirnya berbagai organisasi pemuda seperti Tri Koro Dharmo yang kemudian berkembang menjadi Jong Java, yang diikuti oleh lahirnya organisasi pemuda-pemuda dari luar Jawa seperti Jong Soematranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebesdan sebagainya. Organisasi-organisasi pemuda tersebut tidak berorientasi politik praktis secara nyata, meskipun tujuannya tiada lain adalah berdirinya suatu Negara Indonesia Merdeka. Di samping organisasi pemuda yang besifat nasional, terdapat juga organisasi pemuda yang berorientasi keagamaan, yakniJong Islamieten Bond yang lebih berorientasi pada politik praktis. Organisasi-organisasi pemuda tersebut yang pada tahun 1928 bersatu padu mendeklarasikan ”Sumpah Pemuda.”
Tonggak Kedua
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
SOEMPAH PEMOEDA
 
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA
INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA
INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928
Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu"Indonesia Raya" gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.
Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
Kong Liong.
Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
yaitu :
1.      Kwee Thiam Hong
2.      Oey Kay Siang
3.      John Lauw Tjoan Hok
4.      Tjio Djien kwie
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Rumusan Sumpah Pemuda di tulis Moehamad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang lebar oleh MOH. Yamin.

Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang penting bagi berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) Karena sumpah pemuda merupakan awal mula terbentuknya organisasi-organisasi bersifat nasionalisme, yang pada awalnya lebih cenderung bersifat kedaerahan. Dan sumpah pemuda juga merupakan pembuktian bahwa kita semua adalah satu, satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa. Oleh karena itu bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa yang tetap digunakan hingga saat ini. Kesimpulannya, kenapa sumpah pemuda begitu penting hal ini dikarenakan sumpah pemuda merupakan tolak ukur terbentuknya rasa persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.
 
Tonggak Ketiga
Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, di depan Sidang BPUPKI.” Bung Karno pada waktu itu mengusulkan dasar negara bagi negara yang akan didirikan, yang beliau sebut Pancasila. Dan setelah melalui perdebatan dan musyawarah yang cukup intens, akhirnya dengan beberapa perubahan, rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara dan dicantumkan dalam Pembukaan UUD, meski tidak dengan menyebut kata Pacasila. Bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubaan UUD, namun demikian rumusan Pancasila selalu terdapat dalam Pembukaan atau Mukaddimah UUD yang bersangkutan.
Sementara itu pada masa pemerintahan Presden Sokarno dan pemerintahan Presiden Soeharto diupayakan untuk mengimplementasikan Pancasila secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa dan bernegara. Pancasila disamping sebagai dasar negara, didudukkan pula sebagai ideologi nasional dan pandangan hidup rakyat Indonesia. Dengan demikian kedudukan Pancasila sangat sentral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Tonggak Keempat
Tonggak sejarah keempat adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, suatu peristiwa yang maha penting bagi kehidupan suatu negara-bangsa. Sejak sa’at itu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, suatu kemerdekaan yang dicapai dengan perjuangan putra-putri bangsa, bukan suatu pemberian dari bangsa atau negara lain. Bung Karno menyebutnya kemerdekaan ini sebagai jembatan emas, di seberang jembatan ini bangsa Indonesia membangun bangsanya menjadi bangsa yang serba kecukupun, orang Inggris menyebutnya sebagai afluent society. Ternyata proklamasi saja tidaklah cukup, karena berdirinya suatu negara harus mendapat pengakuan dari dunia internasional.
Tonggak Kelima
Proklamasi kemerdekaan Indonesia ini tidak dapat diterima oleh Belanda yang ingin menguasai kembali negara jajahannya setelah usainya perang Asia Timur Raya. Dengan mengerahkan kekuatan militernya pemerintah Belanda berusaha menguasai kembali wilayah demi wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 Yogyakarta, yang menjadi pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia diserbu, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta ditahan oleh Belanda. Tentara Nasional Indonesia menyisih ke luar kota untuk menyusun kekuatan kembali dalam rangka merebut kembali wilayah yang dikuasai Belanda.
Pada tanggal 1 Maret 1949 terjadilah Serangan Umum di kota Yogyakarta, yang berdampak terbukanya mata dunia, bahwa Indonesia masih ada, dan memiliki tentara yang terkoordinir, sehingga dapat menguasai kota Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa jam saja. Peristiwa ini mendukung berlangsungnya diplomasi antara pemerintah Belanda dan wakil pemerintah Indonesia untuk mengakui berdirinya Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949 berlangsung pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia dalam bentuk Negara Indonesia Serikat. Obessi para pejuang untuk mendirikan negara kesatuan tidak kunjung padam, ternyata Negara Indonesia Serikat tidak berumur lebih dari satu tahun. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Soekarno membacakan Piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Bahaya laten komunis adalah jika komunis benar-benar eksis dan terjadi maka keadaan tersebut akan berdampak buruk dan akan berakibatkan rusaknya tatanan, konsep, dan nilai sebuah bangsa maka dari itu kita harus bersikap waspada akan gerakan pihak-pihak yang berupaya membangkitkan paham komunis. Paham komunis adalah sekelompok idelogi komunis melakukan pengkhiantan terhadap pemerintahan dan idelogi Pancasila.
Kita harus pintar-pintar memilah, jangan sampai kita terpengaruh dengan  informasi dan ajakan mereka. Paham komunis ini sudah tersebar dimana-mana pengaruhnya dapat terjadi dari media sosial dan media massa. Apalagi saat ini kondisi mental dan ideologi kita mengalami kemerosotan. Kita harus membangun kembali ketahanan mental dan ideologi kepada generasi muda. Terutama, wawasan kebangsaan dan cinta tanah air, yang lebih dominan akibat  situasi global yang mempengaruhi.
 
Kita harus selalu sering mengadakan komunikasi dan sosialisasi menanamkan cinta tanah air dan kebangsaan. Dan ini perlu dukungan dari peran tokoh agama, pendidik dan budayawan menjadi hal terpenting dan efektif, untuk menguatkan ketahanan mental dan ideologi, dalam menangkal pengaruh  bahaya latent komunis. Bagaimana caranya kita ini mengemas sesuatu hal untuk bisa mengembalikan ketahanan mental dan ideologi dari budaya, agama dan pendidikan bangsa Indonesia ini.
Mengapa kita harus dibebankan dan diingatkan dengan laten komunis? Karena tentu saja dari apa yang sudah saya jelaskan agar kecintaan terhadap tanah air Indonesia ini tidak hilang dan tetap menjunjung dan mengikuti nilai-nilai Pancasila.

Selasa, 05 April 2016

DANAU DORA ECO PARK YANG MENARIK DI CIBINONG BOGOR


      Lokasinya yang tidak begitu jauh dari pusat Pemerintahan Daerah Bogor (Pemda), membuat tempat ini mudah sekali untuk didatangi. Hanya berjarak kurang lebih sekitar 500 meter dari pintu gerbang Pemda atau Cibinong City Mall, ke arah Bogor. Tepatnya ada di kawasan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) atau sering disebut Bakosurtanal. Berada di Jl. Raya Bogor Km. 46, jika dari arah Bogor adanya disebelah kiri. Danau ini merupakan taman konservasi alam yang menjadi bagian perluasan Kebun Raya Bogor, dan menjadi tujuan tempat wisata murah di Bogor. Sering dijadikan tempat olah raga dipagi atau sore hari. Ekologi Park atau yang lebih dikenal dengan nama Danau Dora ini sudah dibangun sejak tahun 2002.
Danau Dora
Disebut Danau Dora, dulu saat pembangunan awal, di taman atau kebun ini banyak sekali anak-anak kecil yang sedang bermain sambil membawa Boneka Dora, yakni kartun serial animasi di televisi yang judulnya The Explore Dora, yang pada saat itu sedang booming. Dora sendiri diceritakan adalah seorang gadis kecil yang sering menjelalah dan membantu mencari tahu sesuatu yang mereka butuhkan bersama hewan bernama Booths dengan menggunakan Peta. Dari situ tercetuslah Ecologi Park ini dengan sebutan Danau Dora.
Danau Dora
Walaupun menjadi tempat wisata di Bogor yang direkomendasikan, tempat ini bukanlah sengaja dibuat untuk menjadi tempat berwisata. Tujuan dibuatnya eco park ini untuk belajar, mengamati dan meneliti tentang ekosistem alam dataran rendah di Indonesia. Yang juga berfungsi sebagai tempat pengawasan Bakosurtanal.
Danau Dora
Anak-anak yang mandi di danau
Untuk kebutuhan penelitian, di taman ini banyak sekali ditanami berbagai macam tumbuhan langka. Dan ditata khusus dengan ditengah-tengahnya terdapat danau, yang ditumbuhi rumput segar serta dibuat sebuah jembatan kayu untuk menghubungkan taman. Yang membuat taman ini menjadi indah untuk dipandang.
Danau Dora
Bunga Teratai
Karena keindahan yang menyegarkan mata, gratis dan lokasi yang strategis, selain untuk wisata edukatif, Danau Dora sering juga digunakan untuk lokasi prewedding. Di Danau nya sendiri banyak terdapat ikan dan juga bunga teratai. Jika ingin nikmat ada baiknya kesini dipagi atau sore hari. Udaranya sejuk karena banyak pepohonan disekitarnya.
Danau Dora
Jembatan kayu
Taman ini ramai memang di akhir pekan terutama sore hari, banyak keluarga yang datang sengaja untuk rekreasi menikmati keindahan taman, sambil membawa bekal untuk disantap disana. Untuk masuk kesini tidak dipungut biaya, kita cukup membayar parkir kendaraan yang dibawa. Karena merupakan kawasan wisata edukatif, disini juga sering diadakan penyuluhan untuk anak-anak sekolah mengenal tumbuhan dan mahluk hidup lainnya yang ada di Taman. Seperti ikan-ikan yang berenang di danau.
Danau Dora
Danau Dora
Sebaiknya, jika ingin berwisata santai menikmati indahnya Danau Dora dan membawa bekal atau cemilan. Kita juga harus menjaga lingkungan ini, jangan sampai ada sampah yang tercecer. Jangan sampai keindahan Danau Dora jadi rusak karena pengunjungnya yang tidak ada aturan dan seenaknya membuang sampah. Karena yang saya lihat ada saja pengunjung yang melakukan itu. Itu menyedihkan sekali.

Biografi Pangeran Diponegoro

Biografi Pangeran Diponegoro. Beliau dilahirkan di Yogyakarta, 11 November 1785. Ia  meninggal pengasingannya di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun. Beliau adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar. Pangeran Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo. 

Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum. 

Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro. 

Riwayat perjuangan Pahgeran Diponegoro
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. 

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong. 

Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830. 

Penangkapan dan Masa Pengasingan
 
16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia. 

28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April. 

Tanggal 11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch. 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. 

1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar. Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.
Makam Pangeran Diponegoro di Makassar
Bagus Singlon atau Ki Sodewo adalah Putera Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu Citrowati Puteri Bupati Madiun Raden Ronggo. Raden Ayu Citrowati adalah saudara satu ayah lain ibu dengan
Advertisement
Sentot Prawiro Dirjo. Nama Raden Mas Singlon atau Bagus Singlon atau Ki Sodewo snediri telah masuk dalam daftar silsilah yang dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem Keraton Yogyakarta. 

Perjuangan Ki Sodewo untuk mendampingi ayahnya dilandasi rasa dendam pada kematian eyangnya (Ronggo) dan ibundanya ketika Raden Ronggo dipaksa menyerah karena memberontak kepada Belanda. Melalui tangan-tangan pangeran Mataram yang sudah dikendalikan oleh Patih Danurejo, maka Raden Ronggo dapat ditaklukkan. Ki Sodewo kecil dan Sentot bersama keluarga bupati Madiun lalu diserahkan ke Keraton sebagai barang bukti suksesnya penyerbuan. 

Ki Sodewo yang masih bayi lalu diambil oleh Pangeran Diponegoro lalu dititipkan pada sahabatnya bernama Ki Tembi. Ki Tembi lalu membawanya pergi dan selalu berpindah-pindah tempat agar keberadaannya tidak tercium oleh Belanda. Belanda sendiri pada saat itu sangat membenci anak turun Raden Ronggo yang sejak dulu terkenal sebagai penentang Belanda. Atas kehendak Pangeran Diponegoro, bayi tersebut diberi nama Singlon yang artinya penyamaran. 

Keturunan Ki Sodewo saat ini banyak tinggal di bekas kantung-kantung perjuangan Ki Sodewo pada saat itu dengan bermacam macam profesi. Dengan restu para sesepuh dan dimotori oleh keturunan ke 7 Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Roni Muryanto, Keturunan Ki Sodewo membentuk sebuah paguyuban dengan nama Paguyuban Trah Sodewo. Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanya kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi & Maluku.

Latar Belakang Perang Diponegoro 
Perang Diponegoro (Inggris:The Java War, Belanda: De Java Oorlog), adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan korban yang tidak sedikit.

Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000. 

Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa. Setelah kekalahannya dalam Perang Napoleon di Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda.

Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita. 

Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Belanda mulai berusaha menguasai kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, salah satu di antaranya adalah Kerajaan Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku Buwono V yang baru berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasa.

Akan tetapi pada prakteknya, pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh Patih Danuredjo, seseorang yang mudah dipengaruhi dan tunduk kepada Belanda. Belanda dianggap mengangkat seseorang yang tidak sesuai dengan pilihan/adat keraton. 

Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro.

Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Beliau kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut. 

Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak, pada 20 Juli 1825 mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda —yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro— membakar habis kediaman Pangeran. 

Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan beliau. Sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur. 

Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung 5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalam semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati“; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. 

Menguak Sejarah Masakan Rendang Khas Padang yang Mendunia


Hampir semua orang yang tinggal di Indonesia mengetahui apa itu rendang, mengingat banyaknya jumlah warung makanan Padang yang tersebar di seluruh Nusantara. Tapi apakah ada di antara kita yang tahu tentang sejarah masakan rendang khas Padang ini? Rendang merupakan sebuah makanan tradisional dari daerah Sumatera Barat, tepatnya Minangkabau, yang terbuat dari daging sapi diselimuti dengan racikan bumbu yang pedas.
Sejarah Rendang
Rendang merupakan masakan yang kaya rempah dengan daging sebagai bahan dasarnya. Rendang juga menggunakan karambia (santan kelapa) dan campuran bumbu khas yang dihaluskan seperti cabai, lengkuas, jahe, kunyit, bawang, dan bumbu-bumbu lainnya. Keunikan rendang adalah bumbu alami yang digunakan memiliki sifat antiseptik, sehingga bisa berguna sebagai pengawet alami. Bumbu lain juga diketahui punya aktivitas antimikroba yang kuat, dan tidak heran jika rendang bisa bertahan berbulan-bulan. Untuk pemasakan rendang hingga kuah benar-benar kering, prosesnya akan menghabiskan waktu sekitar delapan jam.
Menguak Sejarah Masakan Rendang Khas Padang yang Mendunia
Penelusuran tentang sejarah rendang akan membawa kita ke salah satu daerah di Sumatera bagian barat, yaitu Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan kuliner mereka sejak jaman nenek moyang mereka. Untuk sejarah kapan pertama kali rendang diciptakan sendiri, sayangnya tidak banyak bukti tertulis yang dapat ditemukan. Salah satu dugaan yang muncul di kalangan para peneliti adalah bahwa panganan ini telah muncul sejak orang Minang mengadakan acara adat mereka untuk pertama kalinya. Awal mula sejarah masakan rendang khas Padang ini terdengar dimana-mana mungkin terjadi karena seni memasak ini terus berkembang dari Riau, Mandailing, Jambi, bahkan hingga ke Negeri Sembilan yang merupakan negara bagian federasi Malaysia karena perantau Minang yang tinggal di sana.
Catatan tentang rendang sebagai makanan tradisional dari daerah Minangkabau ditemukan pada awal abad ke-19, namun Gusti Anan, seorang sejarawan dari Universitas Andalas di Padang memiliki dugaan bahwa rendang sudah mulai muncul sejak abad ke-16. Hal ini ia simpulkan dari catatan literatur abad ke-19 dimana tertulis bahwa masyarakat Minang darat sering bepergian menuju Selat Malaka hingga Singapura. Perjalanan tersebut mereka lalui dengan jalur air dan bisa memakan waktu kurang lebih sekitar satu bulan. Mengingat tidak adanya perkampungan di sepanjang perjalanan itu, para perantau ini pasti sudah menyiapkan bekal makanan yang akan tahan hingga waktu yang lama, dan makanan itu adalah rendang. Gusti juga menduga bahwa pembukaan kampung baru di pantai timur Sumatera hingga Singapura, Malaka, dan Malaysia oleh masyarakat Minang pada abad ke-16 juga sudah mengikutsertakan rendang sebagai makanan mereka karena perjalanan tersebut butuh waktu berbulan-bulan.
Selain dari catatan sejarah, sejarah masakan rendang khas Padang juga dapat ditemukan dalam catatan harian Kolonel Stuers yang pada tahun 1827 menulis tentang kuliner dan sastra. Di dalam catatan tersebut sering kali muncul secara implisit deskripsi kuliner yang diduga mengarah pada rendang dan tertulis istilah makanan yang dihitamkan dan dihanguskan. Hal ini, menurut Gusti, adalah salah satu metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh masyarakat minang. Rendang sendiri berasal dari kata “merandang,” yaitu untuk memasak santan hingga kering secara perlahan hal ini cocok dengan rendang yang memang butuh waktu lama untuk dimasak hingga kuahnya kering.
Sejarah rendang juga tidak lepas dengan kedatangan orang-orang dari Arab dan India di kawasan pantai barat Sumatera. Dipercaya bahwa pada abad ke-14, sudah banyak orang-orang India yang tinggal di daerah Minang, dan bumbu serta rempah-rempah sudah diperkenalkan oleh orang-orang tersebut. Ada juga dugaan yang mengatakan bahwa masakan kari yang sudah menjadi makanan khas India dan diperkenalkan pada abad ke-15 di daerah Minang merupakan dasar dari rendang itu sendiri. Hal ini sangat mungkin mengingat adanya kontrak perdagangan dengan India pada masa itu. Ahli waris tahta kerajaan Paguruyung juga membuka adanya kemungkinan bahwa rendang merupakan kari yang diproses lebih lanjut. Yang membuatnya berbeda adalah rendang memiliki sifat yang lebih kering, sehingga bisa jauh lebih awet jika dibandingkan dengan kari.
Masakan rendang khas Padang tetap tidak mati hingga sekarang, bahkan menjadi semakin terkenal dengan menjamurnya warung makan Padang di setiap sudut kota di Nusantara. Meski dikenal dengan bentuknya yang terbuat dari daging, ternyata banyak juga variasi rendang lainnya seperti rendang ayam, bebek, hati, telur, paru, dan ikan tongkol. Selain itu ada juga rendang suir yang berasal dari Payakumbuh. Yang membedakan rendang suir dengan rendang biasa adalah daging ayam atau sapi yang digunakan, serat dagingnya akan disuir kecil-kecil.
Filosofi Di Balik Rendang
Makanan rendang khas Padang sebagai masakan tradisional memiliki posisi yang terhormat dalam hidup bermasyarakat di Minangkabau. Hal ini dikarenakan bahan-bahan pembuat rendang memiliki makna sendiri-sendiri. Bahan pertama yaitu dagiang atau daging sapi yang juga merupakan bahan utama melambangkan niniak mamak dan bundo kanduang, dimana mereka akan memberi kemakmuran pada anak pisang dan anak kemenakan. Bahan kedua adalah karambia atau kelapa, yang melambangkan kaum intelektual atau yang dalam bahasa Minang disebut Cadiak Pandai, dimana mereka merekatkan kebersamaan kelompok maupun individu. Yang ketiga adalah Lado atau sambal sebagai lambang alim ulama yang tegas dan pedas dalam mengajarkan agama. Bahan terakhir adalah pemasak atau bumbu, yang melambangkan setiap individu dimana masing-masing individu memiliki peran sendiri-sendiri untuk memajukan hidup berkelompok dan adalah unsur terpenting dalam hidup bermasyarakat masyarakat Minang.
Sekian informasi singkat mengenai sejarah masakan/makanan rendang khas Padang yang mendunia, semoga dapat menambah pengetahuan teman-teman semua mengenai sejarah masakan traditional yang ada di Indonesia. Mari bersama-sama kita jaga dan lestarikan kekayaan kuliner yang kita miliki, khususnya dalam hal ini masakan/makanan rendang. Jangan sampai warisan leluhur kita ini dibajak oleh negara lain seperti kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya. Terima kasih telah mengunjungi Kumpulan Sejarah.

Filosofi Wayang Petruk

Filosofi Wayang Petruk

Wayang Petruk

PETRUK adalah anak Gandarwa (sejenis Jin) dan merupakan anak angkat Semar yang kedua setelah Gareng. Petruk mempunyai julukan Kanthong Bolong (suka berderma), Doblajaya (pandai). Dan memang Petruk adalah yang paling pandai diantara kedua saudaranya.

Petruk tinggal di Pecuk Pecukilan. Ia mempunyai satu anak dari istri bernama Dewi Undanawati. Anak Petruk bernama Bambang Lengkung Kusuma (seseorang yang tampan). Petruk mempunyai sifat momong ( mengasuh ), momot (pintar menyimpan rahasia), momor (berlapang dada saat dikritik), mursid ( mengerti dan paham pada apa yang dikehendaki tuannya) serta murakabi ( bermanfaat untuk sesama)

Alkisah, suatu hari Pandawa kehilangan jimat Kalimasada. Jimat itu dicuri oleh Mustakaweni. Akibat hilangnya jimat tersebut, keangkaramurkaan timbul dimana-mana. Kemudian diutuslah Bambang Irawan dan Bambang Priyambodo (anak-anak Arjuna) disertai Petruk untuk merebut jimat tersebut. Dengan berbagai macam upaya akhirnya mereka bertiga mampu pula merebut jimat tersebut.

Ternyata Adipati Karna juga berhasrat untuk memiliki jimat tersebut. Diam-diam ditusuknya Petruk dengan keris pusaka Kyai Jalak miliknya. Petruk mati. Tapi berkat kesaktian ayahnya (Gandarwa) akhirnya Petruk dihidupkan kembali. Oleh ayahnya, Petruk dibantu untuk merebut kembali jimat Kalimasada. Gandarwa beralih rupa menjadi Duryudana.

Ketika Adipati Karna bertemu Duryudana, jimat Kalimasada diserahkan kepadanya. Tapi alangkah terkejutnya Adipati karna ketika mengetahui bahwa tokoh yang dianggap Duryudana ternyata hanyalah jelmaan gandarwa, ayah Petruk. Bagaimanapun nasi telah menjadi bubur. Jimat telah beralih tangan pada Gandarwa.

Oleh Gandarwa, jimat diserahkan kembali kepada Petruk serta berpesan agar Petruk menyimpan jimat tersebut diatas kepalanya. Aneh bin ajaib. Setelah Petruk melaksanakan pesan ayahnya, Petruk berubah menjadi seorang yang sakti mandraguna, tidak mempan tertembus senjata apapun. Bahkan Adipati Karna yang berniat merebut kembali senjata itu, dapat dikalahkannya.Akhirnya Petrukpun mengembara (terpisah dari tuannya bambang Irawan). Ditaklukkannya satu demi satu negara yang dilewatinya.Termasuk pula negara Ngrancang Kencana. Dan disana, Petruk mengangkat dirinya menjadi raja dengan sebutan Prabu Wel Geduwel Beh.

Seluruh negara telah ditaklukkan, kecuali Pandawa, Mandura serta Dwarawati. Namun pada akhirnya, Pandawa serta Mandura dapat dikalahkan. Prabu Kresna, penguasa kerajaan Dwarawati menyerahkan persoalan kepada Semar agar supaya kerajaan Dwarawati tidak jatuh ketangan prabu Wel Geduwel Beh. Oleh Semar, Gareng dan Bagong diutus untuk menghadapi Prabu Wel Geduwel Beh

Terjadi pertempuran antara Bagong, Gareng dan Prabu Wel Geduwel Beh. Setelah pertempuran berlangsung sekian lama, belum tampak siapa yang menang dan siapa yang kalah.Keringat telah  bercucuran. Saat itulah, Bagong dan Gareng dapat mengenal siapa sejatinya Prabu Wel Geduwel Beh setelah membaui bau khas keringat Prabu Wel Geduwel Beh, yang diyakini bahwa itu adalah bau keringat saudaranya, Petruk.

Akhirnya, peperangan tidak lagi dilanjutkan. Malahan Bagong dan Gareng mengajak Prabu Wel Geduwel Beh bercanda dan berjoged bersama dengan berbagai macam lagu dan tari. Tentu saja, lambat laun Prabu Wel Geduwel Beh lupa pada statusnya sebagai raja dan kembali menunjukkan watak aslinya sebagai PETRUK. Oleh Gareng dan Bagong, Prabu Wel Geduwel Beh ditangkap dan digelitik  hingga berubah menjadi wujud aslinya.

Sesudah terbuka semuanya, Kresna bertanya kepada Petruk kenapa dia melakukan semua ini. Petruk beralasan bahwa aksi tersebut untuk mengingatkan kepada tuannya untuk memperhitungkan semua tindakan yang akan dikerjakan. Tidak bregudal-bregudul menuruti kemauannya sendiri. Misalnya, waktu membangun Candi Sapta Arga, kerajaan dibiarkan kosong hingga jimat Kalimasada dapat dicuri. Petruk juga mengingatkan kepada Bambang Irawan agar tidak mudah percaya pada orang. Dan berharap agar bambang Irawan lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan segala tugas dan kewajibannya. Tidak sombong dan merendahkan rakyat kecil. Karena jika rakyat kecil sudah memberontak bisa berbahaya bagi kelangsungan hidup berkenegaraan.

bagaimanapun, Petruk tahu dia telah bersalah. dan meminta maaf kepada Pandawa. Pandawa memaafkan kesalahannya sekaligus dengan lapang dada menerima saran dan nasehat Petruk

Kesimpulan dari cerita tersebut diatas, bahwa budi dan watak tidak bisa dilihat hanya dari tampilan, tetapi harus dengan tindakan nyata. Seseorang harus bertanggungjawab pada segala tugas dan tanggung jawab yang telah diamanahkan kepadanya. Harus berwatak ksatria., dalam arti jika bersalah harus rela meminta maaf. Serta harus mempunyai perhitungan yang matang dalam pengambilan segala macam keputusan apapun. Dan tidak grusa-grusu..

Rabu, 03 Februari 2016

MASYARAKAT PERKOTAAN DAN PEDESAAN

A. Pengertian Masyarakat dan Syarat Menjadi Masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi

adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Syarat :

 Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama

 Merupakan satu kesatuan

 Merupakan suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan

kebudayaan dimana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat

dengan kelompoknya

B. Masyarakat Perkotaan dan Ciri-Ciri Masyarakat Perkotaan

Warga belajar--sekalian, Membahas masyarakat perkotaan sebetulnya tidak dapat

dipisahkan dengan masyarakat desa karena antara desa dengan kota ada hubungan

konsentrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang dinamakan urbanisasi, yaitu

perpindahan penduduk dari desa kekota. Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat urban

dari berbagai asal/desa yang bersifat heterogen dan majemuk karen terdiri dari berbagai jenis

pekerjaan/keahlian dan datang dari berbagai ras, etnis, dan agama.

Mereka datang ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat kota sebagai tempat

yang memiliki stimulus (rangsangan) untuk mewujudkan keinginan. Maka tidaklah aneh

apabila kehidupan di kota diwarnai oleh sikap yang individualistis karena mereka memiliki

kepentingan yang beragam. Lahan pemukiman di kota relatif sempit dibandingkan di desa

karena jumlah penduduknya yang relatif besar maka mata pencaharian yang cocok adalah

disektor formal seperti pegawai negeri, pegawai swasta dan di sektor non-formal seperti

pedagang, bidang jasa dan sebagainya. Sektor pertanian kurang tepat dikerjakan di kota

karena luas lahan menjadi masalah apabila ada yang bertani maka dilakukan secara

hidroponik. Kondisi kota membentuk pola perilaku yang berbeda dengan di desa, yaitu serba

praktis dan realistis.

Ciri-ciri masyarakat kota (urban) antara lain :

 Kehidupan keagamaan berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan cenderung

sekuler

 Sikap mandiri yang kuat  dan tidak terlalu tergantung pada orang lain sehingga

cenderung Individualistis

 Pembagian kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat kemampuan/ keahlian

 Hubungan antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga berdasarkan

kepentingan.

 Sangat menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.

 Masyarakat cerderung terbuka terhadap perubahan didaerah tertentu (slum)

 Tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi

 Kontrol sosial antar warga relatif rendah

 Kehidupan bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi keterampilan

 Mobilitas sosialnya sangat tinggi karena penduduknya bersifat dinamis,

memamanfaatkan waktu dan kesempatan, kreatif, dan inovatif.

C. Perbedaan Desa dan Kota

Apa perbedaan mendasar antara desa dan kota? Sedikitnya ada 7 perbedaan mendasar

antara desa dan kota.

1) Kepadatan penduduk. Walaupun tidak ada ukuran yang pasti, namun secara umum,

kota memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada desa. Kepadatan

penduduk berpengaruh terhadap pola pembangunan perumahan: bangunan di kota

cenderung ke arah vertikal dan di desa cenderung ke arah horizontal.

2) Lingkungan hidup. Lingkungan pedesaan lebih dekat dengan alam bebas. Wilayah

pedesaan didominasi oleh ruang terbuka hijau. Hal ini sangat berbeda dengan kota

yang didominasi oleh lapisan beton dan aspal.

3) Mata pencarian penduduknya. Tingkat kepadatan penduduk di kota membatasi upaya

eksploitasi ruang di kota. Profesi-profesi yang membutuhkan lahan relatif luas

cenderung tidak berkembang di kota. Sektor ekonomi primer seperti pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan cenderung lebih berkembang di

pedesaan. Sementara itu, kota menjadi pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder

(industri) dan sektor ekonomi tertier (jasa).

4) Stratifikasi sosial. Sektor ekonomi sekunder dan tersier membutuhkan keahlian

spesifik yang sangat beragam, dibandingkan dengan sektor ekonomi primer. Jenis

lapangan kerja yang tersedia di kota relatif lebih heterogen: mulai dari pembantu

rumah tangga, pelayan kafe, programmer komputer, manajer hotel, konsultan

pengeboran minyak, hingga pemiliki perusahaan multi-nasional. Diversitas pekerjaan

menyebabkan terjadinya variasi penghasilan yang sangat tinggi. Perbedaan

pendapatan antara yang kaya dan yang miskin  di kota begitu mencolok.

5) Corak kehidupan. Desa memiliki corak kehidupan yang relatif homogen. Kota

cenderung bersifat hetorogen. Penduduk kota berasal dari latar belakang suku, etnik,

agama dan kelompok yang memiliki orientasi yang lebih bervariasi.

6) Pola interaksi. Penduduk kota pada umumnya tidak mempunyai hubungan

kekeluargaan dengan tetangganya. Hal ini menyebabkan individu di kota terbiasa

hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain. Mereka cenderung bersifat

individualistik dan mementingkan sifat rasionalitas. Berbeda dengan di perkotaan,

penduduk desa cenderung memiliki hubungan kekeluargaan dengan tetangganya.

Mereka lebih menekankan pada unsur kebersamaan.

7) Solidaritas sosial. Perbedaan pola interaksi sosial penduduk berhubungan dengan

aspek solidaritas sosial antara desa dan kota. Pola interaksi di desa lebih

mengupayakan agar tercapainya keserasian dan kesatuan sosial. Konflik atau

pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan, atau diupayakan agar  dapat

diselesaikan secara kekeluargaan. Di kota, penyelesaian konflik cenderung lebih

bersifat formal.

D. Hubungan Desa dan Kota

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama

sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat

hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan.

Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan

seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi

bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek

proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang

becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka,

sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara

menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa

saja yang tersedia.

Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan

kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat

transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain

sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.

Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang,

karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin

menentukan kehidupan perdesaan, yaitu :

 Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara,

seperti:Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan

merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan

dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam.

 Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru

sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau

hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan.

 Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini

yang sesungguhnya banyak terjadi.

 Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat

kedesaan ke kota.

Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang

kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan

dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang

memang akan mengkota.Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah urbanisasi

dan urbanisme

Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling

membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni urbanisasi, yaitu suatu proses

berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi

merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ). Faktor penyebab

urbanisasi, antara lain :

1) Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah

kediamannya (Push factors), antara lain :

 Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan

pertanian.

 Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.

 Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang

ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.

 Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.

 Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama,

kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari

penghidupan lain dikota.

2) Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap

dikota (pull factors), antara lain :

 Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih

mudah untuk mendapatkan penghasilan

 Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah

menjadi industri kerajinan.

 Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah

didapat.

 Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan

tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.

 Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat

atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-

125)

E. Aspek Positif dan Negatif dari Hubungan Kota-Desa

Dampak negatif hubungan timbal balik kota dengan kota sebagai berikut:

 Tata ruang kota menjadi tidak ideal sebagai tata ruang kota yang dinamis.

 Muncul daerah-daerah kumuh.

Dampak positif hubungan timbal balik antara kota dan desa bagi desa sebagai berikut :

 Berdirinya sarana umum (sekolah, puskesmas, dll).

 Berdirinya KUD dan BUUD.

 Tersalurnya barang-barang produksi industri yang tadinya tidak ada di desa.

 Terbukanya lapangan pekerjaan alternatif di luar sektor pertanian

 Berkembangnya sarana transportasi kota-desa dan sebaliknya

 Meningkatkan IPTEK di daerah desa

F. 5 Unsur lingkungan perkotaan

Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi,

kebudayaan dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang

membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan

perkotaan setidaknya mengandung 5 unsur yang meliputi :

 Wisma : unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat

berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan

sosial dalam keluarga.

 Karya : unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena

unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.

 Marga : unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan

hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan

antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.

 Suka : unsur ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian

 Penyempurna : unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum

secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan

kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.

G. Fungsi external kota

Fungsi eksternal kota:

 Pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintahan wilayah tertentu

 Pusat dan orientasi kehidupan social budaya suatu wilayah lebih luas

 Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :

1) Produksi barang dan jasa

2) Terminal dan distribusi barang dan jasa.

 Simpul komunikasi regional/global

 Satuan fisik-infrastruktural yang terkail dengan arus regional/global.

H. Pengertian dan Ciri-Ciri Desa

Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan

sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu

masyarakat pemerintahan tersendiri.

Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial,

ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan

pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot

Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft)

yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :

 Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan

kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan

simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

 Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka

mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang

berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.

 Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan

keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,

perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu

saja.(lawannya Universalisme)

 Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh

berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang

sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).

 Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara

pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan

bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat

Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa

pengaruh dari luar.

I. Ciri-Ciri Masyarakat Pedesaan dan Macam-Macam Pekerjaan Gotong Royong

Pedesaan

Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :

 Anggota komunitas kecil

 Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan

 Sistem kepemimpinan informal

 Ketergantungan terhadap alam tinggi

 Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak dengan

penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritus pada masa-masa yang

dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian dan syukuran pada masa

panen, bersih desa.

 Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi

 Kontrol sosial antara warga kuat

 hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal

 Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan

 Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi)

 Tingkat mobilitas sosialnya rendah

 Penghidupan utama adalah petani.

Macam- macam pekerjaan gotong royong masyarakat pedesaan yaitu kerja bakti,

gotong royong memperbaiki fasilitas umum, gotong royong dalam membangun atau

memperbaiki tempat ibadah, dll.

J. Sifat dan Hakikat Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan mempunyai sifat yang kaku tapi sangatlah ramah. Biasanya

adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat pedesaan masih kaku,

tetapi asalkan tidak melanggar hukum adat dan kepercayaan maka masyarakat pedesaan

adalah masyarakat yang ramah.

Pada hakikatnya masyarakat pedesaan adalah masyarakat pendukung seperti sebagai

petani yang menyiapkan bahan pangan, sebagai PRT atau pekerjaan yang biasanya hanya

bersifat pendukung tapi terlepas dari itu masyarakat pedesaan banyak juga yang sudah

berpikir maju dan keluar dari hakikat itu.

K. Macam-macam Gejala Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan mengenal berbagai macam gejala sosial, khussunya hal ini

merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-

ketegangan social.  Gejala- gejala sosial itu adalah :

 Konflik ( Pertengkaran )

Pertengkaran-Pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari

rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga

 Kontraversi ( Pertentangan )

Pertentangan ini bisa disebabkan oleh peruibahan konsep-konsep kebudayaan (adat-

istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna ( black magic). Para

ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi ini dari sudut kebiasaan

masyarakat.

 Kompetisi ( Persiapan )

Masyarakat pedesaan adalah manusia pada biasanya yang antara lain mempunyai

saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu

bisa positif dan bisa negatif.

L. Sistem Budaya Petani Indonesia

Sistem budaya petani di Indonesia antara lain :

 Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup

 Mereka menganggap alam itu tidak menakutkan jika terjadi bencana

 Dalam menghadapi alam mereka cukup bekerja sama

M. Unsur-unsur Desa dan Fungsinya

Unsur unsur desa terdiri atas 3 bagian yang tidak lepas antar satu sama lain, artinya

tidak berdiri sendiri melainkan merupakan satu kesatuan, yaitu :

 Daerah, dalam arti tanah-tanah dalam hal geografis.

 Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran, dan

mata pencaharian penduduk desa setempat

 Tata Kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan antar warga

desa.

Fungsi desa adalah:

 Desa yang merupakan hinterland atau daerah dukung berfungsi sebagai suatu daerah

pemberian bahan makanan pokok.

 Desa ditinjau dari sudut pemberian ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah

dan tenaga kerja yang tidak kecil artinya.

 Desa dari segi kegiatan kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa

industri, desa nelayan, dll

N. PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

TABEL PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT

PERKOTAAN

NO ASPEK MASYARAKAT

1. Lingkungan dan orientasi

terhadap alam

2. Pekerjaan/ mata

pencaharian

3. Ukuran komunitas Lebih kecil dengan

PEDESAAN

Kenyataan alam sangat

menunjang kehidupan

Yang menonjol adalah

bertani, nelayan, beternak

tingkat kepadatan rendah

4. Homogenitas/

heterogenitas

Homogenitas dalam ciri-

ciri sosial, kepercayaan,

bahasa, adat istiadat.

5. Pelapisan sosial Ukuran pada kepemilikan

tanah, kepercayaan,

bahasa, adat istiadat

6. Mobilitas Sosial Relatif kecil karena

masyarakat homogen

7. Interaksi Sosial Bentuk umum adalah

kerjasama konflik sedapat

mungkin dihindari,

MASYARAKAT

PERKOTAAN

Cenderung bebas dari

kenyataan alam

Beraneka ragam dan

terspesialisasi

Lebih besar dan kompleks

dengan tingkat kepadatan

tinggi

Heterogenitas dalam ciri-

ciri sosial, kebudayaan,

pekerjaan, dll.

Ukuran pada kekayaan

materi, tingkat pendidikan,

Kesenjangan sosial relatif

besar.

Relatif besar karena

masyarakat heterogen

Bentuk umum adalah

persaingan, karena motif

ekonomi, cenderung

cenderung bersifat

informal

bersifat formal.

8. Pengawasan Sosial Kualitas pribadi tentukan

oleh kejujuran,

kebangsawanan dan

pengalaman

Kualitas pribadi lebih

ditentukan oleh sistem

hirarki dan birokrasi

9. Pola Kepemimpinan Kualitas pribadi

ditentukan oleh kejujuran,

kebangsawanan, dan

pengalaman

Kualitas pribadi lebih

ditentukan oleh sistem

hirarki dan birokrasi

10. Solidaritas Sosial Solidaritas sangat tinggi

tampak dalam gotong-

royong, musyawarah

dalam berbagai macam

kegiatan

Solidaritas masih

berorientasi pada

kepentingan tertentu.

11. Nilai dan sistem Nilai Cenderung memegang

teguh nilai agama, etika,

dan moral

Cenderung berorientasi

pada ekonomi dan

pendidikan.

http://visiuniversal.blogspot.com/

TERIMA KASIH KEPADA :

http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-dan-perbedaan-masyarakat.html

http://revolusidesa.com/category/page/fakta_desa/31/PERBEDAAN-DESA-DAN-KOTA

https://abdulaziz96.wordpress.com/2015/01/23/hubungan-desa-dan-kota/

http://fungsi.web.id/2015/07/dampak-positif-dan-negatif-hubungan-timbal-balik-kota-dengan-

kota.html

https://taufikhidayah21.wordpress.com/tag/5-unsur-lingkungan-perkotaan/

https://ciptadestiara.wordpress.com/category/perbedaan-masyarakat-pedesaan-dan-masyarakat-

perkotaan/

https://taufikhidayah21.wordpress.com/tag/sistem-budaya-petani-diindonesia/